Cerbungku: Riri's Boyfriends [part 1]

Aku tahu dan selalu tahu, sebenarnya. Kalau yang kulakukan ini salah... dan sia-sia..
Tapi aku begitu tidak ingin kehilangan dan terlalu ingin memilikinya, hingga aku jauh lebih peduli bisa berada di dekatnya daripada mendapat cibiran dari banyak orang di sekitarku.

Mungkin aneh, bagi semua siswa di sekolahku. Bahkan terlalu aneh jika dijadikan kenyataan untukku. Karena dia begitu populer, begitu terkenal, dan begitu disukai, tetapi kenapa ia memilihku??
Padahal cara dia memperlakukanku sungguh hanya seperti mainan.. lalu, kenapa aku masih ingin disampingnya? serendah itukah aku? entah, mungkin iya, aku juga tak mengerti..

"Heeeeiii.... ternyata ni cewek naruh hati ke elo, Van!"
semuanya berawal dari mulut cowok satu ini, Riko. Dia adalah teman, sahabat, atau apalah pokoknya tuh cowok dekeeeet banget sama Rivan. Dan Rivan adalah cowok yang aku sukai sejak SMP, dan diam-diam kuikuti sampai SMA .. 
parah yaa..?

Jadi, kenapa tiba-tiba dia berteriak seperti itu??
Aku, seorang gadis biasa.. sangat biasa yang selama ini selalu berhadapan dengan buku seperti novel dan komik, novel dan komik. Aku cuma tipe orang yang nggak akan tiba-tiba akrab dengan orang lain, sebelum orang lain itu yang mengajakku bicara. Aku hanya seorang gadis biasa yang sangat menyukai karate. Kebanyakan memang bilang aku tomboy, tapi tidak ketika mereka tahu bahwa aku pecinta buku-buku bacaan fiksi. Dan Rivan, adalah sosok yang hampir mendekati semua pemain dalam novel atau komik yang pernah kubaca. Tampan, tinggi, pintar, putih, populer, supel, ramah, baik, dan sebagainya.

Aku hanya seorang yang menyukainya atau bahkan sangat menyukainya, tapi tak pernah kenal dengannya walaupun dalam hati ingin mengenalnya. Tentu karena kami beda kelas. Aku hanya sebagai penggemar yang melihatnya dari jauh, dan rasanya ada yang kurang kalau tak melihat wajahnya sehariii saja, jadi aku selalu membuat diriku tak sengaja berpapasan dengannya. Dan ternyata rasa sukaku tidak berhenti selama 3 tahun di SMP, karena aku begitu tetap ingin melihatnya bahkan ketika akan menentukan SMA. Dan itu menjadi motivasiku, kenapa aku harus berjuang keras untuk belajar UNAS? itu hanya agar aku bisa satu sekolah lagi dengannya walaupun sekolah ini hanya sekolah untuk orang-orang pintar. Sejak saat itu akhirnya aku bisa melihatnya lagi setiap hari, dan... semakin lama ia semakin keren dan aku tidak bisa berhenti menyukainya.

Dan sampai pada hari itu, ketika tiba-tiba aku bertabrakan dengan Riko ketika aku sedang dalam misi mengikuti Rivan. Dan semua kertas, yang berisikan surat-surat cinta tak terkirimkan dariku untuk Rivan jatuh. Padahal disurat itu ada nama Rivan, bahkan sampai lengkapnya. Tolol. Sekali itu aku merasa ingin menguburkan diriku ke dalam pasir dan tidak ingin keluar sampai 1000 tahun setelahnya. Malu sekali, dan lebih bodohnya lagi kenapa aku lupa kalau surat-surat cinta itu terselip di halaman novel yang kubacaaa??

"Cieeee.... rivan.. penggemar rahasia... hahhaha"
Maluuuu sekali sampai rasanya ingin menangis ketika Riko bicara seperti itu di tempat umum, dengan nada keras. Alhasil dalam hitungan menit siswa sudah mengerumuni kami semua. Dan ditambah dia membacakan suratku itu... astagaaaa... aku ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya. Tapi mengingat bahwa aku adalah seorang anak karate, aku menahan sekuat tenaga mendengarnya mengolok-olokku. Aku hanya bisa berbalik sambil mendengar ia di belakangku. Sampai tiba-tiba aku benar-benar ingin pingsan mendengar seseorang tiba-tiba berada tepat di belakangku dan caranya bicara sungguh hampir membuatku pingsan..

"Dia cewek gue sekarang..."
Alhasil aku langsung berbalik kaget, dan melihat matanya - untuk pertama kalinya - menatap tepat ke bola mataku. Rivan.. yang selama ini tak terjangkau bahkan oleh jariku, berada di depanku, dan... baru bilang apa tadi?? "cewek gue"??.. diaa? bilang aku ceweknyaaa??. Aku bahkan tak peduli kalau saat itu aku langsung mencubit tanganku keras. Dan karena tidak sakit, aku langsung menampar wajahku. Dan ketika aku mengaduh kesakitan, aku melihat Rivan yang tertawa jenaka di depanku, dan itu karena aku. Aku ingat  bagaimana susahnya aku bernapas saat itu dan masih kuat berdiri disana.

Kemudian Rivan berbalik, memandang Riko yang tadi mengolok-olokku sambil membawa surat-surat cintaku. Riko yang tadi ketawa ngakak bareng orang-orang yang mengerumuni kami, tiba-tiba terdiam sambil melongo ketika tiba-tiba Rivan kembali mengambil kertas-kertasku dari tangannya, dan lagi-lagi dengan tegasnya ia berkata "Surat ini emang dari cewek gue, dan buat gue. Jadi lo nggak perlu ngebuka privasinya sejauh itu. Kalo lo sirik ada cewek yang bikinin surat buat gue, mending lo bilang aja.."

Apakah saat itu aku bahkan dibiarkan merasa bahwa Rivan lebih memilihku daripada sahabat baiknya??

to be continoue

Salam, ADLN_haezh

Komentar