Review: Devil in Winter


Devil in Winter

My rating: 4 of 5 stars



aku jaraaaaang banget baca buku impor kecuali kalo disogok karena jujur aja, aku nggak pinter menilai buku impor dengan genre romance karena bisa di tebak pasti banyak adegan ranjangnya. Bedanya, kalo emang bagus kita bisa ikut terbawa hanyut sama alur ceritanya bukan sekedar adegan hot-nya. Mmmm... novel ini bisa dibilang merupakan novel pertama yang akhirnya membuatku tertarik setelah lihat reviewnya di goodreads bukan karena disogok dan karena booming. Awalnya mau download aja di Internet sekalian belajar baca novel bahasa inggris, tapi yaaah... di rental buku yang biasa aku kunjungi tiba-tiba novel ini nongol gitu aja. Kelihatannya Lisa Kleypas cukup tenar ya karena banyak banget bukunya pas aku cek di rak rental tersebut.


Ah, back to the book.
Waaaaaaaaaaaaahhh... emang sih tebakanku nggak salah, banyaaaak banget adegan hot-nya. Hampir 60% isinya pasti kalo nggak kissing ya apalah. Tapi kalau kupikir-pikir, mungkin ini ciri khasnya. Aku bisa menemukan Lisa menulis bagian 'itu' sampai beberapa halaman dan kupikir nggak terlalu masalah kali ya. Hanya saja yang pada akhirnya membuatku memutuskan bahwa buku ini bagus adalah karena interaksi para tokohnya membuatnya sangat senang entah karena apa. Interaksi mereka yang saling merayu itu justru membuatku menikmatinya.


Aku menemukan tokoh-tokoh yang membuatku jatuh cinta entah itu si Evie atau si Sebastiannya sendiri. Dan baca buku ini entah kenapa bikin aku kepikiran tulisannya AliaZalea, penulis indonesia yang juga punya ciri khas yang sama.

Ketika aku membaca buku ini, aku mendapatkan bahwa sejak awal aku tidak bisa membenci Evie. Kegagapannya, sifat pemalu, tapi keras kepala entah mengapa membuatku sangat senang. Rasanya sifat itu cocok sekali dengan Sebastian yang playboy dan entah kenapa akhirnya bisa sangat mencintai Evie dan bahkan nyaris memujanya.Dan sebastian, I love him sooo much. Aku suka banget sama perhatiannya yang rasanya seperti muncul dari bawah sadar. Aku suka sama semua rasa cemburunya yang gila-gilaan. Jujur aja, karakter Sebastian ini nyaris sulit untuk di jabarkan tapi dia gampang banget di tebak.

Dia nggak pernah nyesal sama kehidupan seksualnya yang gonta-ganti cewek semaunya dan tidur dengan mereka semua.Bahkan ketika ia menikah dengan Evie dia juga selalu memastikan bahwa tidak ada cinta dalam pernikahan mereka. Ia juga dengan yakinnya berkata bahwa ia akan memiliki wanita lain selain Evie.

Dan Evie... aku suka sekali dengan wanita ini karena kadar toleransinya yang sangat luar biasa terhadap Sebastian. Ia tidak pernah menarik kata-katanya termasuk mengijinkan laki-laki itu bercinta dengan siapapun. Ia tidak menaruh batas terhadap suaminya dan membebaskan laki-laki itu, dengan syarat ia juga memiliki kebebasan yang sama.

Naaaah, menariknya itu adalah ketika sebastian entah kenapa berubah tanpa sadar. Bukan karena kemauannya tapi ia seperti berhenti sendiri dari kebiasaannya terhadap wanita-wanita dan keberadaan Evie seolah menjadi candu baginya. Karena yang ia inginkan hanyalah Evie ketertarikannya pada wanita-wanita tiba-tiba memudar begitu saja. Ketika ia diberi tantangan oleh Evie dia bersikeras tidak akan bisa melakukannya dan bersikeras berkata bahwa dirinya akan curang dan mungkin saja mencari wanita lain untuk memuaskan dirinya. Tapi toh, lagi-lagi secara tidak sadar keinginan besar terhadap Evie membuatnya tidak menginginkan hal lainnya sama sekali. Dan Lisa membuat itu semua masuk akal dan terasa menyenangkan. Ia bisa menggambarkan kedua karakter ini dengan sempurna sehingga kita bisa merasakan sebesar apa keinginan Sebastian begitu pula kekeras kepalaan beserta keinginan yang sama dari sisi Evie. Aku suka sekali dengan cara Lisa membuat sudut pandangnya dan menggunakan kata 'suaminya','istrinya','suamiku','istriku' yang membuat semua narasi ataupun percakapan tanpa sadar terasa begitu romantis.


Tema yang diangkat buku ini mirip sekali dengan Celebrity Weddingnya AliaZalea walaupun beda masalah dan inti. Hanya saja, penggambaran kemesraan di buku ini entah kenapa berada di satu titik lebih tinggi daripada Celebrity Weddingnya AliaZalea. Si cewek di CW terlalu keras kepala sehingga membuat pembacanya merasa hampir bosan dan geregetan karena jelas-jelas si cowoknya udah tobat. Tapi waktu udah bagus gitu bagiannya, orang ketiga dijadikan pijakan untuk mencapai klimaks cerita. Sedangkan keras kepalanya Evie di Devil in Winter terkesan pintar dan sepadan dengan ketidakmauan Sebastian dalam mengakui kepolosan. Evie tetap mencintai Sebastian yang bersikeras tidak mau mengakui betapa dirinya mencintai dan nyaris gila karena Evie (dimana Evie menyadari itu semua) sehingga kekeras kepalaan Evie lebih terkesan menggoda daripada marah sungguhan. Penggunaan klimaksnya juga bukan orang ketiga tetapi murni ditempatkan dimana akhirnya Sebastian mengakui bahwa dirinya mencintai Evie bukan hanya sekadar fisik tapi semua yang ada di dalam diri wanita itu, and that comes soooo sweet.



Komentar