Penebusan Dosa pada film 'Hijrah Cinta'




Kali ini singkat review aja kali ya, karena kebetulan waktu aku nulis ini lagi ada banyak kerjaan + migrain, sedangkan kalau aku nulis review sendiri nggak bisa terlalu lama ditunda karena akibatnya bakalan lupa.

Nah, trus kok sibuk sempet nonton?

Jadi, aku sebenarnya nggak minat-minat amat nonton film ini. Pernah nggak aku bilang, kalau untuk film Indonesia biasanya aku pasti lari ke film-film tema sejarah atau perjuangan yang menggebu-gebu. Nah, aku akhirnya menonton film ini karena terpaksa. Terpaksa karena butuh referensi untuk tulisan yang tengah aku kerjakan.

Dan ternyata...
yada yada yada...

Aku sukaaaaaaaaaaaaaaaaa!!

Aku udah tau sih sebenarnya ini cerita tentang siapa, dan bagaimana akhirnya, tapi waktu aku nonton menit-menit pertama, eh aku nonton trailernya dulu deng, aku langsung pingin nonton ceritanya. Penasaran.


Jadi kan film ini bercerita tentang kisah seorang pemakai narkoba yang udah kecanduan, sedangkan lingkungan ia dibesarkan ini adalah lingkungan yang religius banget. Ibunya suka ngisi pengajian, orang-orang yang tinggal di daerah itu pada kerudungan, keluarganya juga kebanyakan macam ustad2 gitu. Nah lho, tapi si Jeffri - peran utama cerita ini - justru hidupnya lebih kayak preman.

Main di diskotik, mabuk-mabukan, suka ditemenin perempuan, pemain sinetron, aaand... dia pecandu narkoba.

Gimana coba?

The question is... gimana caranya dia tobat? Sampai dia bisa jadi ustad? Apalagi Alm. UJE sendiri siapa sih yang nggak kenal? Namanya udah dimana-mana dan disukai dimana-mana. Ternyata beliau yang kita kenal kebaikannya, punya sisi kelam. Yups, jadi film ini memang diangkat dari kisah nyata. Berapa persen kisah nyatanya juga aku nggak tau sih. Anggap aja beberapa kehidupan sulit dia digambarkan di film ini.

Aku suka film ini karena film ini inspirasional. Terlepas dari Alm. Ust Jeffri yang sudah tiada, cerita ini menggambarkan bahwa yang 'tidak mungkin' sekalipun bisa terjadi. Hal-hal yang Jeffri alami dalam cerita ini bukan hal yang sering dialami orang, dan film ini jelas mengambil kesempatan untuk menampilkan sisi tersebut kepada penonton. Sesuatu yang kadang dibayangkan dan berhenti sebagai 'khayalan', siapa sangka terjadi secara nyata di salah satu kehidupan.

Sejujurnya aku suka 'baca' (re: novel) tentang seseorang yang sedang melakukan penebusan dosa dan ia melakukannya ditemani dengan seseorang yang ia cintai disisinya. Yah, alasan kenapa aku fokus ke cerita romance ketika baca novel karena kadang aku mendapati keindahan dari sebuah hubungan wanita-pria yang fokus ke bagaimana mereka saling mendukung satu sama lain dan bisa menemukan kebahagian.

Sejujurnya film yang kuat di bagian drama dan romansanya tanpa 'aneh-aneh' itu jarang. Sehingga ketika aku menonton film ini, secara pribadi jenis film ini sendiri baru buatku. Cerita disini menggabungkan kehidupan gelap (narkotika) + keluarga religius + kisah cinta and the packaging is beautiful. Oke, bukan teknisnya ya, tapi ceritanya, tema, dan pesan dari film ini.

Peran UJE dan Pipik disini buat aku persis sih ya sama aslinya, tapi waktu nonton aku nggak berusaha membandingkan. Cerita film ini bisa berdiri sendiri tanpa perlu penonton dibayang-bayangi dengan kisah aslinya, dan buat aku itu hal yang penting untuk film-film yang diangkat dari kisah nyata. Toh, ini tetap film. Jadi nikmati saja sebagai sebuah film. Setidaknya setelah menonton film ini aku jadi lebih menghargai kehidupan UJE yang aku dulu nggak ikutin.

Aku suka penggambaran karakternya, aku juga suka permainan alurnya. Beberapa kali diletakkan flashback untuk penekanan emosi dan biasanya dengan gambar yang berbeda, itu buat aku menjadi menarik karena tetap kita diberikan sesuatu yang baru dari flashback-nya itu. Oya, trus ritmenya juga enak. Di awal kita dikenalkan dulu masalah utamanya, kemudian perlahan kita diperlihatkan keinginan tokoh untuk berubah tapi gagal, kemudian... em.. aku juga suka yang mulai fitnah. Aku paling suka juga sama karakter Pipik. Nah Pipik sendiri disini buat aku menarik karena ia bukan tipe yang pantang menyerah. Suka deh sama karakter tegar kayak dia. Aku yakin nggak mudah lho dia jadi istri pecandu narkoba gitu, tapi dia bertahan untuk membantu Jeffri sembuh, dan caranya sendiri bikin aku tepuk tangan. Aku jadi tau kenapa waktu UJE meninggal si Pipik ini bisa nangis sebegitunya. Selain aku tahu kalau UJE ini ustad, apasih yang begitu spesial? Dan cerita ini cukup menjawab hal tersebut. Cinta Pipik dalam cerita ini terasa kuat dalam perilakunya, dalam setiap dukungannya, setiap air mata, dan setiap rasa syukurnya. Judul cerita 'Hijrah Cinta' jadi terasa dalam maknanya jika meningat bahwa heroin di cerita ini memiliki andil besar untuk merubah Jeffri ke arah yang jauh lebih baik. Ah aku juga tersentuh dengan keteguhan Jeffri. Kalau benar UJE segamblang yang digambarkan dalam film ini, aku bener-bener kagum.

Beberapa bagian di cerita ini cukup emosional. Beberapa kali aku menitikkan air mata bisa diindikasikan bahwa cerita ini bagus, apalagi aku udah suka juga sama karakternya.

Secara teknis memang tidak ada yang wah. Shot-shot yang diambil juga tidak terlalu spesial, tapi karena aku selalu menilai ceritanya terlebih dahulu sehingga buat aku masalah teknis menjadi nomor sekian, selama pesannya tetap tersampaikan. So, secara peringkat:

1. Alur cerita
2. Karakter
3. Pesan
4. Teknis

Akhir cerita, aku merekomendasikan film ini karena cukup inspiratif dan karena aku cukup suka cerita romance, buat yang satu tipe sama aku boleh deh coba nonton film ini. Semoga suka!

*hanya menulis review yang dirasa bagus.


Salam, Adlina Haezah

Komentar