Reply 1988 (Answer Me 1988) - Review Ending Drama Korea Terbaik 2016


Ketika drama ini akhirnya mencapai ending, aku nangis. Bagian itu sedih, sediiih banget.

Emang sih, setiap dari mereka menemukan kebahagiaan mereka masing-masing, tapi itu nggak menutup kenyataan bahwa akhirnya kompleks yang sudah mereka tempati selama beberapa dekade akhirnya kosong dan sepi.

Udah gitu lagunya yang dipake di bagian ending bikin sedih, dan emosinya luar biasa.  Ini lagu kampret banget serius, bikin keingetan. Dan ini drama yang diakhiri dengan akhir bahagia sekaligus akhir yang sedih. Drama ini berhasil bikin kita ikut terbalut emosi tentang 'kenangan' yang dijadikan kunci paling kuat drama ini.



Dari awal kita dibuat terbiasa dengan keadaan kompleks itu. Interaksi para tetangga, anak-anak komplek yang sering bermain bahkan hingga dewasa, persahabatan, kisah cinta yang terjalin, kekeluargaan, semuanya dibalut dengan cara yang senyata dan senormal mungkin. Selama 20 episode, rasanya aku mengikuti kisah mereka yang bertahun-tahun itu, rasanya aku juga tinggal disana selama beberapa dekade, rasa jengkel mereka, kebiasaan mereka, tidak adanya rahasia, bagaimana mereka saling mengenal satu dengan yang lain lebih dari orang lain, acara-acara keluarganya, acara-acara rapat sekompleks, itu wajar sekaligus unik untuk drama ini. Jadi waktu cerita diakhiri dengan kepindahan mereka satu per satu hingga jalan itu kosong, kemudian tidak lagi terdengar teriakan anak-anak komplek yang ngumpul di kamar Taek, ataupun teriakan para ibu yang nyuruh anaknya makan, bahkan teriakan saudara yang saling bertengkar, waaaah.. aku juga bisa ikut ngerasain rasa rindunya.

Aku bahkan merindukan hal-hal paling remeh seperti bapak-bapak yang suka nyapu pagi-pagi, ayahnya Duk Seon yang kalo pulang suka nendang-nendang, kebiasaan Taek yang pagi-pagi suka minum susu, anak-anak yang pulang teriak ‘aku pulang’ . Hal-hal paling remeh itu kebiasaan yang secara konsisten dibangun dalam drama ini, tujuannya adalah untuk menguatkan emosi di akhir cerita. Dan itu, semua kebiasaan itu, 100% berhasil. Di awal pernah kita dikasih lihat scene foto-foto mereka ketika masih kecil dan betapa kebiasaan mereka itu dibentuk darisana, ketika kembali ke masa 1988, mereka menganggapnya sekadar memori semata. Tapi ketika semuanya sudah pergi dari tempat itu, kenangan mereka jadi sebatas mimpi.  Aku nggak tahu kenapa 20 episode bisa bikin aku ngerasa kayak tinggal disana 20 tahun.


Pertama kan keluarga Taek dan Sun Woo yang pindah, itu aku udah nangis aja, udah rasanya tetanggaku yang tinggal sama aku dari aku kecil nggak akan kelihatan lagi ditempat itu. Nggak akan bisa dipanggil, nggak akan bisa didatangi rumahnya lagi. Trus keluarga Dong Ryong, itu juga sedih banget, artinya komplek itu udah nggak akan ada celotehan kurang ajarnya Dong Ryong lagi. Trus, keluarga Jung Bong dan Jung Pal, aku merasa ada diposisi No Eul dan Duk Seon yang akhirnya menjadi satu-satunya yang tinggal di jalan tersebut. Okelah, mereka udah punya kehidupan lain selain di komplek itu: sekolah, tempat kerja, tapi aku bisa ngerasain sekuat apa kedekatan dengan tetangga mereka yang sudah terjalin sejak kecil itu, apalagi dengan keakraban orang tua mereka, rasanya mereka udah melebihi semua relasi di luar itu, kedekatannya. 

Mending ya kalau diceritakan setiap tetangga nggak seakrab itu, kalau persahabatannya nggak sekuat itu, pasti ketika sampai ending nggak akan jadi sesedih ini. Jadi, waktu akhirnya bagian Duk Seon yang pindah terakhir, aku jadi mikir gimana ya perasaan keluarga itu. Setiap No Eul pulang, cuma ada ayah dan ibunya, setiap Duk Seon pulang, udah nggak bisa lagi main ke rumah Taek seenak jidat bareng temen-temennya nongkrong dimana, dan orang tua Duk Seon di rumah nggak bisa bagi-bagi makan lagi ke tetangga, menghabiskan siang duduk di emperan jalan ngegosip. Itu hal-hal sepele yang sudah jadi kebiasaan, sampai rasanya nyaris sulit untuk dihilangkan. Seolah itu sudah menempel di setiap tokoh.



Sediiiih... Udah dewasa sih, aku kok juga jadi kebawa pingin ngelihatnya masa muda mereka terus aja gitu ya, padahal udah tau waktu akan terus berlalu, dan kadang pingin mereka cepet dewasa juga, tapi endingnya emang sialan sih ya, jadi keinget lagi masa lalunya mereka lagi deh.

Sebenarnya sih, sepinya komplek nggak cuma di ending doang, tapi dari episode 17 tuh komplek dah sepi. Anak-anak yang dulu setiap pulang sekolah PASTI main, sekarang cuma berapa kali sebulan, dan mereka sibuk dengan impian masing-masing, itu, sekali lagi, sesuatu yang wajar dan sering terjadi di sekitar kita. Ketika ada waktunya kebiasaan kita menjadi sesuatu yang biasa hingga prioritasnya berada di tingkat paling akhir. Itu terjadi ketika para anak-anak komplek udah jarang pulang, hanya tinggal para orang tua. Yaa tapi toh di bagian itu setiap mereka pulang dari aktivitas di luar, mereka akan bareng-bareng lagi, akrab lagi, *sedih lagi*

Apalagi Sun Woo jelas nggak bakalan main bareng lagi, udah nikah gitu. Dan tau juga nantinya Taek dan Duk Seon juga pasti nggak bakalan main kayak dulu lagi, mereka pasti pindah dan lebih milih ada privasi berdua. Udah dijelasin juga sih, ketika sampai di saat ini, saat-saat di tahun 1988 mereka itu hanya akan menjadi kenangan karena mereka sudah memilih jalan hidup masing-masing yang pilihannya adalah mengejar jalan hidup atau tetap bertahan dalam kubangan masa lalu yang tetap akan terus berubah. Daripada ditinggal sendirian, mending lari mencari jalan hidup kita kan?

Tapi kadang, berharap, kalaupun mereka sudah hidup sendiri-sendiri, udah punya keluarga sendiri, udah nggak main-main lagi, nari-nari gila, udah nggak makan mie ramen bareng-bareng, ngerayain ultah Taek, tidur bareng, ngobrol sampe malem, gila-gilaan (tuh kan nangis lagi nih), kalau mereka masih tinggal di komplek yang sama, rasanya mereka masih bisa membuat waktu bersama lagi, dengan bentuk yang berbeda. 

Oke, oke, kita bisa lihat di masa sekarang, sebenarnya mereka masih sering bertemu juga sih walaupun udah nggak sekomplek, jadi kekhawatiranku ini nggak ada gunanya. Bahkan keluarganya Jung Pal dan Duk Seon kayaknya deketan lagi rumahnya kan. Well, mungkin aku kasian sama jalan itu. Jalan mereka. Jalan yang sudah sangat amat familiar di kepalaku, jadi pasti di kepala para tokohnya juga. Setuju deh kalo dibilang bakal trauma kalo kesana lagi sekarang...

Trus, harusnya nggak usah diceritain waktu mereka pindah, jadi aku nggak usah ikut ngerasa sedih dan kangen sama komplek itu, dan bayanganku tentang drama ini diakhiri bahwa setiap dari mereka akan tetap sering bertemu satu dengan yang lain seperti tahun-tahun sebelumnya.

Mungkin juga karena aku nggak terlalu berharap karakter-karakter mereka digantikan dan diceritakan oleh aktor lain. Aku pingin lihat masa depan mereka, dengan wajah mereka yang dulu. Nggak harus sampai di tahun 2016 lah, habis pindaaah aja. Aku pingin lihat gimana kehidupan mereka masing-masing. Secara tidak langsung memang diceritakan sih mereka tetap terhubung satu dengan yang lain. Dari Taek dan Sun Woo yang udah besanan dengan keluarga Duk Seon, jadi ada tiga sahabat yang masih sering ketemu karena mereka keluarga sekarang. Trus keluarga Jung Pal dan keluarga Duk Seon sekarang rumahnya deketan, jadi mereka berempat bisa tetap sering ketemu kalo ada waktu, tinggal Dong Ryong aja bisa diatur gimana kalo mau ketemu mah. 

Nah, jadi apa yang bikin aku sedih habis nonton ini?
Lagi-lagi jalan itu...
dan kebiasaan mereka di jalan itu. Semuanya, apapun itu... Mungkin tempat itu yang paling berbekas untukku di akhir cerita. Dan terasanya adalah di scene ketika mereka sudah pindah, tempat-tempatnya udah kosong, sepi, dan nggak terawat. Trus dari sudut pandang kamera kita diajak jalan lagi di jalan itu, semuanya udah kosong, kecuali satu pintu yang masih terlihat hangat dan seperti dihuni.



Pintu kamar Taek, dan ketika dibuka, mereka semua ada disana. Anjiiiirr nangis dah, nangiiisss... Aku nggak tau Duk Seon disitu nangis karena apa, tapi dia seperti mewakili penonton, dia nangis karena tempat itu sekarang sepi. Agak serem juga, rasanya kok mereka jadi kayak hantu gitu ya. Mana di paliiiing akhir, diakhiri dengan teriakan ibu-ibu yang nyuruh anak-anak makan.

Kampret...
Kampret...

Seriusan deh nih drama...


Karena drama ini diakhiri dengan kepindahan satu-per-satu, apalagi mereka pindah dengan bahagia, kok rasanya aku jadi kayak ditinggal di kompleks itu sendirian ya. Rasanya kayak nggak akan ketemu mereka lagi, kayak mereka akan tinggal sendiri-sendiri lagi, dan komplek itu dibiarkan kosong. Nyesek banget.

Dibanding Reply yang sebelumnya, bagiku Reply 1988 adalah yang kenangannya terasa paling nyata.

Dan sekarang setelah dramanya bubar, aku kangen sama semuanya lagi. Kangen sama Taek terutama... Duh Choi Taek, nggak bosen deh aku sama karakternya dia. Kalo bukan karena dia juga aku pasti nggak akan nonton drama ini sampai akhir.

Aku nggak nyangka endingnya bakal pada pindah. Walaupun memang nggak penting alasannya, dan sebenarnya perihal kepindahan itu adalah hal yang nyata, sangat nyata, karena aku termasuk salah satunya, jadi masalah pindah-pindah ini hal yang paling sensitif buat aku sendiri. Dan walaupun aku nggak suka… serius aku nggak suka sama kepindahan mereka, tapi secara rasional itu memang ending yang terbaik. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, setiap orang pasti akan berubah, setiap tempat pasti akan ditinggalkan. 

------

Jadi sekarang, karena komplek itu akhirnya sepi dan tinggal aku sendiri, saatnya aku buat move on, kayaknya aku nggak akan ngereview secara keseluruhan deh drama ini, apalagi ngereview Choi Taek, ntar aku pingin nonton drama ini lagi, kangen karakternya Choi Taek, soalnya suka banget sama Taek, kalo aku ngereview dia pasti habis berjam-jam lagi deh.

Jadi kucukupkan sekian. Saatnya melupakan drama ini dan kembali ke kehidupan nyata.

Bye-bye

Salam, ADLN_haezh

Komentar