Review Film Nasionalis 'Rudy Habibie' (2016)


Mungkin aku termasuk orang yang jarang menonton film. Apalagi film Indonesia? Haha. Bisa dihitung dengan jari. Tapi guys, entah apa yang membuat aku ingin menulis kesan setelah menonton film Rudy Habibie – abaikan kenyataan kalau aku baru nonton sekarang – dan aku ingin menyampaikan dua patah kata mengenai film ini.

Kalian yang menonton ini kemungkinan besar terdorong karena pernah menonton film Habibie & Ainun seri pertamanya, yang …. Katakanlah, bagus. Aku sendiri sangat menyukainya. Sejujurnya juga, aku lebih tertarik dengan film yang tidak diisi melulu tentang kisah percintaan. Untuk hal-hal berbau romansa cukup di drama korea, komik, dan novel, atau anime. Selain itu, film misalnya, aku selalu kurang bersemangat untuk kisah-kisah cerita cinta. Mungkin karena bagiku cerita-cerita itu twist-nya kadang-kadang diluar ekspektasi, kadang berlebihan, kadang cheesy dan lebih parah, kadang menyedihkan, sad ending, kadang menggantung. Pokoknya lebih banyak yang nggak aku suka daripada yang aku sukai. Walaupun bukan berarti tidak ada film genre romance yang aku sukai ya. Ada kok. Beberapa doang tapi.

Trus, berarti Habibie & Ainun yang pertama kamu kecewa, Lin? Kan itu genre romance?

Nah, kalau yang itu masuk pengecualian.

Kok bisa?

Nggak usah terlalu cari alasan sih ya. Kadang aku juga nggak tau kenapa aku suka sama film. Dan aku lebih nggak tau kenapa aku masih bisa nyasar ke film genre romance yang lebih banyak nggak aku suka daripada aku suka.

Tapi lagi-lagi, Habibie & Ainun termasuk film romance dari Indonesia yang jadi pengecualian. Selain itu? 

Ehm… ehmm…

Apa ya. Entah, mungkin aku akan coba ingat-ingat. Sejauh ini belum ada. Selain Winter in Tokyo, itupun karena aku cinta mati aja sama novelnya, jadi menurutku filmnya juga sama bagusnya fufu.

Kembali ke Habibie & Ainun. Film yang pertama nggak aku review. Tapi sejujurnya film itu aku sukaaa banget. Dan aku lebih suka karena kisah cinta yang ditampilkan itu bukan kisah cinta menye-menye ala remaja yang dangkal. Yang bikin merinding adalah pertama, kisah cinta Habibie Ainun disitu diangkat dari kisah nyata. Kedua, cerita besar dalam film itu adalah tentang Habibie dan Indonesia. Banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari film ini. Lebih seperti film inspirasi bagiku.

Jadi, ketika aku tahu kalau ternyata Rudy Habibie itu ternyata B.J Habibie, lebih tepatnya kisahnya Habibie ketika masih di kuliah, sebelum ketemu sama Ainun, aku tahu kalau cerita yang diangkat pun akan bagus.
Karena memang dasarnya Habibie ini perasaannya dengan negara Indonesia sudah begitu dalam, sehingga melihat perjalanannya pun sama sekali tidak membosankan. 

Ketika aku nggak sengaja lihat ada folder film ini di flashdisk, entah siapa yang mengopy, aku sebenernya iseng mau nonton. Nyatanya, 15 menit pertama aku langsung terhipnotis dan nonton terus sampai selesai. Awalnya aku males nonton 2 jam lebih. Takutnya ngabisin waktu kan. Tapi jujur, segalanya yang ditampilkan film ini begitu memukau.

Kalau di Habibie Ainun yang pertama kita difokuskan bagaimana kisah cinta Habibie dan Ainun dibaurkan dengan perjuangan dia sampai jadi wakil presiden. Di film ini kita lebih dikisahkan kisahnya dia di awal hidupnya. Ketika Habibie hanyalah seorang anak biasa, dan tumbuh menjadi mahasiswa sederhana yang sama biasanya juga. Anak rantau yang mencoba bertahan di negeri orang. 

Disitu kita tahu dan belajar lagi tentang ‘perjuangan’. Bukan berarti ia yang jenius ini mendapatkan segalanya dengan mudah. Ada begitu banyak pertentangan disana sini terkait dengan jalan pikirannya yang cukup idealis, bahkan ada kisah-kisah yang cukup sedih dan dramatis (aku nggak tau beneran dramatis atau sekadar di dramatisir), tapi aku mengartikan saja kalau diangkat dari kisah nyata, otomatis  kejadian seperti ia di bully itu memang pernah terjadi. Pada akhirnya kita akan melihat Habibie yang ternyata hanya pemuda biasa. Bisa jatuh dan sedih, bisa menyerah dan ingin pulang, bisa lelah dan ingin kembali kepada orang tuanya. Tetapi ia begitu berani dan kuat, dan itu membuatnya menjadi istimewa. Dengan begini aku juga akhirnya mengerti bahwa Habibie sejak awal memanglah istimewa. Daridulu aku tidak benar-benar belajar tentang tokoh-tokoh Indonesia. Rasanya kalau semua tokoh-tokoh di Indonesia dibuatkan filmnya seperti ini, pasti anak-anak muda lebih mudah mengerti, belajar, dan hormat kepada mereka semua.

Intinya, orang yang dianggap jenius pun hanyalah manusia.

Hmm.. untuk kisah cintanya sendiri. Ada kok, tapi tidak terlalu fokus. Lucunya, melihat film ini membuat aku ingin menonton film pertamanya. Ingin sedikit membandingkan apa yang berbeda dari cintanya kepada Ilona (anyway, apakah sosok ini memang sungguh ada?), dan bagaimana cintanya kepada Ainun. Karena waktu melihat hubungan mereka, rasanya kok selalu serius ya kisah cintanya Habibie. Selain itu, dari awal aku juga sudah dipersiapkan tahu bahwa kisahnya akan berakhir di film ini dengan Ilona. Karena, tahu sendiri dengan siapa Habibie akhirnya. Yah, sama juga bagaimana aku sudah dipersiapkan ketika menonton Habibie Ainun. Ehm, walaupun sad ending dan aku nggak suka sad ending, berhubung ini dari kisah nyata dan kematian hal yang lumrah, dan ditambah memang Ibu Ainun kenyataannya sudah meninggal, jadi ya aku sudah dipersiapkan sejak awal. Disiapkan untuk menangis di akhir cerita.

Kalau untuk pengambilan gambar… kelihatannya aku udah nggak mau banyak komentar soal itu. Secara teknis film Indonesia sudah semakin maju dan sempurna. Apapun bisa terlihat indah termasuk di film ini. Tinggal bagaimana aktor, artis, dan jalan ceritanya aja diolah dengan sama sempurnanya. Film Indonesia akan mulai bisa ikut semaju film-film luar lainnya. Anyway, aku suka banget akting Rudy eh, Reza Rahadian disini. Kayaknya film dia selalu dapat respon positif ia kan. Hm, mungkin dia memang dilahirkan sebagai aktor film? Bisa dia aktingnya bagus banget gitu. 

AW, aku lupa tadi cuma mau ngomong sepatah dua patah kata ya?

Oke kalau gitu. Aku akhiri disini. Makasih yang udah nyasar baca hihi.





Salam, Adlina Haezah

Komentar