23 Kepribadian pada Film 'SPLIT' (Review Film)




Happy Saturday!
Akhirnya nulis post lagi.

Gara-garanya kemarin lagi nyari referensi film buat skripsi, trus ketemulah film berjudul SPLIT, yang bercerita tentang penculik yang memiliki 23 kepribadian.

Yups, hampir-hampir mirip sama Billy jumlah kepribadiannyakan, ada 23 agak 24 gitu. Bahkan penceritaan awal tentang kasus penculikannya hampir mirip. Fortunately, ini bukan cerita tentang Billy. Ditambah aku suka banget sama Billy, agak sedih kalau trus aku samain sama tokoh Kevin di film ini, which is... mirip sih, tapi endingnya itu yang lumayan bikin miris banget walaupun sedikit beralasan kenapa demikian..

Film ini genrenya horror-thriller, kebetulan juga ini film M.Night Shyamalan kedua yang aku tonton setelah The Visit. Udah lumayan berekspektasi bagaimana ia akan menyajikan film ini. Yang pasti bukan drama psikologi seperti yang aku baca di novel Billy, atau tidak mungkin akan jadi komedi-romance seperti film Kill Me, Heal Me. More than that, tokoh Kevin disini adalah tokoh Antagonis yang ditaruh pada film dengan alasan agar para penonton tidak menyukai tokoh ini.

Meskipun aku cukup paham kenapa ia harus berevolusi 'seperti itu', demi melindungi kepribadian Kevin yang begitu ingin mati saja saat tahu dirinya berbuat salah sedangkan kepribadian lainnya begitu bersikeras untuk tetap bertahan hidup. Katanya, cara melindungi Kevin adalah dengan tidak kalah dengan 'apapun', literally, dan itu bikin sosok kepribadian Kevin yang terakhir menyerupai hewan.

Nonton film ini agak horror sih. Horrornya tuh, macam, mungkin gak sih kalau yang kayak gini ada beneran? kepribadian hewani kayak gitu. Serem aja gitu. Dia adalah orang 'sakit jiwa' yang memang sedang mendapatkan perawatan, tetapi ia agak berhianat gitu sama perawatan yang sedang ia jalani. Padahal aku suka banget sama psikiaternya, dan kelihatan kalo psikiaternya dia itu sayang sama dia. Bahkan, kepribadian-kepribadian baik dalam tubuh Kevin ini juga aku tahu sayang sama psikiater, dan bahkan desperate meminta pertolongannya. Terlambat memang, dan pada akhirnya dia malah berkeliaran sendirian, itu kan jadi serem banget, mana kita nggak tahu perkembangan psikologinya bakal kayak apa nanti kalau nggak diatasi. Tokoh The Beastnya itu lhooo yang seremin mah.



Okay, cerita ini memang sebenarnya bukan menggunakan sudut pandang itu. Setidaknya si Casey selamat iya kan? itu kan yang mau dihadirkan film ini, sebenarnya?

Tapi mungkin karena beberapa waktu ini aku kebanyakan lihat perihal ini dari sudut pandang pasien, aku jadi nonton ini ikutan agak melenceng gitu, jadi berharap banget biar kepribadian-kepribadian baik dalam diri Kevin menang. Pingin lihat tokoh Barry, atau tokoh Kevin jadi dominan gitu.

Kevin pada akhirnya muncul, di akhir, dalam keadaan linglung karena ia sudah ditidurkan oleh tokoh lain selama bertahun-tahun, dan mendadak dia muncul gitu aja dalam keadaan dia sudah jadi seorang kriminal. Wajar dong kalau kemudian dia langsung minta dibunuh. Nah, si Casey nya ini yang nggak mau bunuh Kevin. Bunuh The Beast mungkin oke, tapi Kevin? Soalnya Kevin ini orang baik. Dan kemudian muncul beberapa kali tokoh-tokoh baik lainnya yang cuma sebentar-sebentar doang, sayangnya sebelum beralih lagi ke tokoh yang jahat.

Sejak awal aku nonton film ini, sebenarnya aku berharap bakal melihat banyak kepribadian lainnya, yang ternyata memang film ini tidak bisa mencover untuk seluruh kepribadian muncul secara dominan. Sekilas-sekilas aja.

Nonton film ini menurutku memberikan semacam sudut pandang lain tentang penyakit D.I.D ini. Atau bagaimana aplikasi kasus ini pada sebuah cerita dengan genre horror/thriller gini. Kalau sesuai keinginanku sih, ini nggak terlalu 'apa yang kumau', tapi aku jadi paham visualisasi perubahan kepribadian yang terjadi untuk jenis film berdurasi 2 jam seperti ini. 

Nggak bisa bilang aku seneng atau kecewa sama film ini.
Film ini secara visual memang lebih menekankan ke aspek horror thrillernya, dan juga cukup menegangkan. Sejujurnya, aspek psikolognya nggak terlalu terasa, lebih banyak membahas si Monster seolah-olah dia itu Tuhan dan gaib, well.. mungkin karena keterbatasan durasi juga jadi memang film ini harus fokus mana yang mau dibahas atau dijadikan premis utama. Rasanya sih, kayak pingin lagi gitu, mungkin aku ketagihan sama si Kevinnya ini. Pingin lihat penanganan masalah dia.

Film ini juga terasa begitu 'fiksi'. Iya, memang film fiksi sih, makannya itu, unsur imajinasinya lumayan dominan, agak membaurkan beberapa diagnosis tentang penyakit D.I.D ini, walaupun beberapa kali dijelaskan, tetapi seluruh penjelasan memang belum mampu mengcover seluruh penjelasan tentang penanganan penyakit ini sendiri.

Hanya saja, aku cukup suka karena si sutradara memang lumayan peka dengan durasi, sehingga fokus cerita dia persempit pada permasalahan tentang kehadiran si Monster yang hidup dalam tubuh Kevin. Entah sungguhan ada, atau dia membangun kepribadian itu sendiri karena mungkin perawatan penyakitnya agak kurang berhasil sehingga mereka malah menambah satu kepribadian lagi. Dari awal hingga akhir, cerita ini memang fokus ke arah sana. Jadi untuk bagian itu, menurutku udah lumayan berhasil. Soalnya kalau mau membahas 'segalanya', istilahnya dari bagaimana bisa muncul 23 dan bagaimana peran setiap kepribadian, mungkin bakalan jadi panjang. Kisahnya Kill Me, Heal Me yang cuma 7 kepribadian aja habis 20 episode ngomong-ngomong.

Atau mungkin, film ini adalah contoh kegagalan dari perawatan D.I.D. Mungkin bisa jadi semengerikan ini? Idk.

Aku jadi bertanya-tanya, kalau film Billy mau dibuat film durasi 2 jam kayak gini, pengemasan ceritanya bakal kayak apa ya. Karena nggak mungkin dong kayak di novel, secara novelnya itu panjang banget. Hmm... penasaran jadinya.




Salam, Adlina Haezah

Komentar